Rabu, Desember 30, 2009
REVIEW
1. Punya anak atau setidaknya hamil. => belum rejeki saya kali ya... sampai saat ini sepertinya Allah masih menunda keinginan saya ini.
2. Bisa lebih membahagiakan suami, orangtua dan mertua. => nanti saya tanyakan kepada mereka, apakah saya sudah bisa membahagiakan mereka atau belum?
3. Mempertebal iman. => lebih baik laaah, dibanding tahun-tahun yang lalu.. walopun masih banyak bolongnya.
4. Mencari pekerjaan yang lebih baik. => NYATANYA GAGAL TOTAL!!!!!
5. Melunasi seluruh utang kartu kredit. => Ehm... blom terlunaskan puuun...
6. Mengurangi jadwal kongkow2 ditempat yg jualan kopi 30rb-an per-gelasnya, atau lebih. ;)) => emang berkurang siy.. tapi akhir-akhir ini malah sering "menabung" di tempat karaoke. hahahahhaha...
7. HARUS NABUNG!! => nabung koooook.... di Bank Adam, suaminya mbak inul. huahuahuahuaa...
8. Lebih bijaksana dalam menyikapi semua masalah. => alhamdulillah, sudah mulai bisa.
9. Lebih rutin olahraga. => yup. rutin.. apalagi olahraga mulut *baca: karaoke*
10. Prioritaskan keluarga, dibandingkan teman. => ada kemajuan lah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
*plok plok plok*
Rabu, Desember 23, 2009
Bakat terpendam suamiku
Tapi untuk kali ini, bener-bener diluar dugaan saya. Yang dia tag adalah fotonya bersama artist lawas, Pance Pondaag. Mungkin sudah pemandangan yang biasa buat saya, melihat foto-foto didit bersama artis-artis indonesia, karena memang pekerjaan yang menuntutnya demikian. hehehehe...
Setelah saya perhatikan bagian bawah dari foto itu, terdapat 'notes' yang TERNYATA itu merupakan tulisan didit. Dan menurut saya, SUNGGUH LUAR BIASA. Untuk seorang didit yang saya pikir tidak bisa merangkai kata-kata yang menurut saya SEMPURNA.
Ini saya copy-paste tulisannya...
NASIB PENYANYI LAWAS
Saya mencoba mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh atasan saya dalam mengomentari segala sesuatu yang menurutnya menarik. Kebetulan minggu lalu saya berkesempatan untuk meminta statement dari seorang Penyanyi / Pencipta Lagu Legendaris bernama Pance Pondaag. What a day...I've to meet a legendary person and a great creator behind a Indonesian Mellow Songs in the 80's
Tapi beberapa saat sebelumnya, saya sempat berbicara dengan istri saya melalui ponsel. Dia menanyakan kemana saya hari ini akan pergi lalu saya jawab : "Aku mau ke Pluit de'...ke rumah Pance Pondaag ye gak ye....ishhhhiiii gak tuh ????" dengan gaya bercandaan khas saya. Memang saya ini punya kebiasaan excited ketemu artist2 old school generation. Antara excited ketemu karena mereka dulu exist di jaman saya masih bekemeja putih dan bercelana pendek merah ataupun exist untuk make a joke terhadap appearance mereka sekarang. Suatu sifat aneh yang tertanam pada diri saya.
Kami tim Produksi MALAM MINGGU ONE - tvOne pergi ber 5 : Enrico (Director), Nano (P.A.), Aji Gonds (Cameraman), seorang Driver (siapa ya drivernya waktu itu gue lupa....hehehe) dan saya sendiri. Kami menuju lokasi di area Pluit. Terbayang di otak saya, rumah di Pluit pastilah rumah megah nan mewah bak istana yang akan menyambut kami. Tapi apa yang kami lihat jauh semua dari kesan itu. Sebuah Ruko yang sangat biasa dengan sebuah mobil di depannya (dan belum tentu punya Om Pance, bisa jadi tetangga nitip). Kami mencoba mengetuk dan dari dalam terdengar suara lirih yang memberi isyrat bahwa kami harus menunggu. Dari balik kaca ruko tersebut terlihat sosok yang sudah tua dengan jalan agak menyeret ternyata karena Stroke yang menyerangnya.
Ya dialah Pance Pondaag, sontak saja saya tertegun dan rasa iba saya langsung keluar hingga menyedak tenggorokan dan tak sepatah katapun bisa keluar."Inilah potret kehidupan penyanyi legendaris...apakah masih ada yang perduli pada mereka" Begitu gumam saya. Orang-orang seperti Om Pance inilah salah satu pencetak sejarah Indonesia di mana pada zaman itu Pencekalan terhadap musik pop sedang gencar2nya dilakukan oleh Pemerintah karena dianggap tidak mencerminkan semangat bangsa.
Jujur saya bukanlah penggemar musik pop mellow walau saya tidak anti terhadap aliran manapun. Tapi perjuangan Om Pance untuk mengisahkan dan mengungkapkan hati wanita (karena banyak lagu ciptaan nya dinyanyikan dan ditujukan kepada wanita) patut diacungi jempol. Jujur lebih hebat daripada band2 baru pencentak one hit wonder dengan gaya bak superstar yang telah puluhan tahun berkarir
Suatu potret keterpurukan mantan artist dimana uang sangat berarti untuknya. "Untuk beli saya pe obat" tuturnya lirih dengan logat Mendao khas tapi pelo akibat deraan stroke ganas.
Inti dari pertemuan singkat saya dengan Om Pance bahwasannya seorang artist yg dulu bergelimang kemewahan dan pujian, kini tak seorangpun memandangnya bahkan mengingatnya. Mungkin masih ada yang menghargai jasa2nya dan saya turut senang akan hal itu. Dan satu hal yang masih diharapkannya. Ia ingin lagunya dinyanyikan Oleh Yuni Shara...si artis yang lg dibicarakan hangat karena menjalin hubungan khusus dengan sesama artist yang jauh lebih muda. Mungkin kalo ada yang bisa menyampaikan ini kepada mbak Yuni, ia akan senang sekali kalau lagunya dapat dinyanyikan. Itung2 menghargai musisi senior yang sempat membuat musik-musik Indonesia berwarna dan selalu jadi bahan pembicaraan, pujian bahkan cercaan.
SUPPORT LEGENDARY ARTIST.....RESPECT !!!!!
Mungkin untuk orang lain, tulisan didit hanya sebuah tulisan yang standar. Tapi kalau yang tau karakter seorang didit seperti apa, pasti akan berdecak kagum. Terbukti dari salah satu komentar yang masuk ke tulisan ini... "Huuu.. jadi terharu bacanya...buat yang nulis (terharu banget gue dit, ternyata Rocker (baca: elo) juga manusia ya dit? hahahaha...). SALUT!!"
Jangankan orang lain yang sudah mengenal didit, istrinya aja (baca: saya) juga berdecak tiada henti dan terus memuji didit setelah membacanya. Seneng deeh... :)
Rabu, September 23, 2009
Kediri, 22 September 2009
Dimulai dari perjalananku tadi pagi, start dari Semarang pukul 11 siang, menuju Kediri. Kenapa tujuannya ke Kediri? Ternyata berdasarkan cerita suami dan Ibu Mertuaku, mereka sempat menghabiskan beberapa tahun di Kediri, disaat Papah Bremi *Ayah Mertuaku* menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri. Walaupun suamiku hanya merasakan 1 tahun saja di kota ini, namun tetap saja, berjuta ingatan dan kenangan akan kota ini begitu terlihat di matanya tadi.
Lumayan lama perjalanan tadi. Yang normalnya jarak Semarang – Kediri bisa ditempuh selama 4 jam, karena masih dalam suasana Lebaran ini kami harus menumpuh selama 11 jam, karena kami melewati jalanan yang rawan macet. Awal-awal perjalanan, suamiku masih men yelipkan “banyolan kotor” diantara cerita-ceritanya. Yang katanya Ibu Mertuaku, “mirip sekali sama papahnya, kalo ngomong suka jorok...”. Hingga setelah jam menunjukkan bahwa kita telah menempuh perjalanan selama 8 jam, suamiku yang sudah sangat bosan dimobil ditambah pula dengan sakit perut yang kurasa diakibatkan sambal ijo yang dia makan di siang harinya, mulai mengumpat dengan kalimat-kalimat yang kurang sopan.
Hingga akhirnya tiba di Kediri pukul 10 Malam. Yang aku tau, sebelum ke hotel kami mau bertemu dengan Pak Haryadi, bekas anak buahnya Papah Bremi. Mampir lah kami di sebuah restoran, namanya Rumah Makan Bu Lani. *FYI, ikan bakarnya sedep banget deh.* Begitu kami sampai di restoran itu, puluhan orang menyambut kedatangan kami dan menyalami kami semua. Ternyata mereka semua adalah bekas anak buahnya Papah Bremi. Tidak sedikit dari mereka yang langsung memeluk suamiku. Memang sih, “bentuknya” suamiku itu 11-12 sama Papah Bremi, mulai dari besarnya, kulitnya, hingga botaknya. Hehehe. Kata mereka, “saya ngerasa ngeliat Pak Bremi...”. Kalau melihat betapa ramainya yang menyambut kedatangan kami tadi, aku merasa, Papah Bremi bukan hanya sekedar bekas Atasan mereka di tempat kerja mereka, tapi aku merasakan hal yang lebih dari itu.
Setelah selesai makan, kami pun diajak untuk melihat Kantor Papah Bremi dulu, walaupun jam sudah menunjukkan di angka 11 lebih. Tapi gak masalah buatku *namun sedikit masalah buat suamiku yang kondisi perutnya lagi gak asyik*. Akhirnya kami mampir di Kantor Pengadilan Negeri, tempat Papah Bremi bertugas di awal 8o’an. Kalau menurut Ibu Mertuaku, banyak yang sudah berubah dengan keadaan kantor itu, tapi ada beberapa yang masih sama seperti dulu. Letak ruangan kerjanya masih sama. Ada perbedaan pada empang di belakang kantor*tempat bermainnya suamiku, setiap pulang sekolah*. Mushola yang kata salah satu bapak-bapak yang hadir tadi merupakan sumbangan dari Papah Bremi pun tidak berubah.
Tepat disebrang Kantor PN itu, terletak sebuah rumah yang lumayan besar, yang katanya dulu merupakan rumah dinas nya Papah Bremi. Menurut suamiku, rumah itu sekarang sudah berubah, tidak seperti jaman ditempati Papah Bremi. Katanya Pak Haryadi, “yang masih sama cuma pohon sawonya aja mbak. Sama disitu *menunjuk area kecil di trotoar depan rumah* biasanya Pak Bremi ngeronda sambil main gaplek sama kita semua.” Lagi-lagi aku yakin, Papah Bremi bukan sekedar Atasan mereka.
Aku yakin kalau Papah Bremi merupakan orang baik dan peduli sesama. Karena banyak sekali orang yang sayang dan perhatian sama keluarganya. Bahkan seorang kerabatnya papah ku, saat menerima undangan pernikahanku dulu, langsung menelpon papah dan bercerita tentang Papah Bremi, yang semua dinilai positif. Alhamdulillah....
Apa yang telah aku lewati hari ini, membuatku ingin sekali menulis tentang Papah Bremi. Aku sangat menyesali, karena aku tidak sempat berkenalan dengan beliau, sewaktu beliau masih ada. Sosok yang kata banyak orang sangat bijaksana ini meninggal sekitar 14 tahun yang lalu dikarenakan kecelakaan mobil. Sempat koma selama beberapa hari hingga ajal menjemputnya.
Aku hanya berharap, Papah Bremi akan sering hadir di mimpiku......
Senin, September 21, 2009
Lebaran 1430 H
...Mohon Maaf Lahir dan Batin...
Lebaran di Semarang kali ini, terasa beda banget. Pertama, karena baru kali ini gue merayakan Lebaran dengan keluarga besarnya Didit. Kedua, tahun-tahun sebelumnya, kalau gue mudik ke Semarang, pasti karena ingin merayakan Lebaran dengan Mbah Putri dan keluarga gue. Tapi berhubung beliau sudah meninggal, ya keluarga gue memutuskan untuk berlebaran di jakarta aja, dengan alasan "mau ngapain juga di Semarang?? gak ada sodara-sodara juga disana...!". Dan yang paling berasa sedih, selama di Semarang, gue menginap di Novotel, yang letaknya seberang-seberangan dengan Gang Bedagan, rumah Mbah Putri. Aneh aja rasanya, setiap abis jalan-jalan, gue melewati gang itu...*yang kalo dulu-dulu, pasti gue masukin itu gang*. Tapi keinginan gue sama didit, pengen jalan-jalan ngelewatin rumah Mbah, mungkin ntar sore, kalo badan gue udah enakan.
IYAAAAAAAAAA.... GUE SAKIIIIITTTTT!!! :((
Flu berat *berat, bukan babi* campur batuk campur sedikit demam. Ya paketan gitu deh. Gak enak banget, karna ruang gerak gue jadi terbatas, jadinya gue gak bisa bermain-main sama keponakan-keponakannya Didit. Udah gitu, gak bisa makan eskrim di Toko Oen juga. Merupakan suatu kewajiban buat gue untuk mengunjungi Toko Oen setiap kali ke Semarang.
Penderitaan gue belum sampe disitu aja.
Menstruasi. Hal yang paling gue benci kalau lagi traveling. Yang sedihnya, gue berharap bisa hamil, karna udah 'terlambat' beberapa hari. Ugh. Sebel. Tapi gak apa-apa juga sih... artinya kan pulang dari acara mudik ini gue masih bisa begajulan sama temen-temen gue. :p
Eh, sebenernya acara ke luar kota ini bukan sekedar mudik lho.. tapi sekalian Tour De Java. Rute(yang sebener)nya dari Semarang ke Solo, trus ke Kediri, trus ke Madiun, trus ke Surabaya. Tapi karena satu dan lain hal, akhirnya selain ke Semarang, kita mau ke Kediri, Malang, trus Surabaya. Dari Surabaya, gue dan Didit langsung pulang ke Jakarta naik pesawat. *emang dasar gak mau ribet...*, sementara yang lainnya balik lagi ke Semarang, baru dari Semarang naik pesawat ke Jakarta.
Niy foto Lebaran nya.....
Selasa, September 15, 2009
Tongkrongan Baru...
Malem minggu, 12 September
Yoyok tiba-tiba telpon gue, ngajakin ketemuan di Melly's, di daerah Sabang. Menurut Adiet di malem sebelumnya, Melly's tempatnya lumayan enak, free wifi, makanan dan minumannya pun murah.
Ya sudah, meluncurlah gue kesana. Penasaran juga siy liat tempatnya. Ternyata.. mmm.. gak semua orang doyan nongkrong-nongkrong disana. Makanan dan minumannya sih emang murah, free-ngebut-wifi pula. Tapi suasananya, udah kayak di daerah Jaksa. Musiknya gedombrengan, banyak bule nya. Soooooo not me..... tapi lumayan lah kalo buat kajun-kajun gak tau mau kemana (dengan catatan, GAK SENDIRIAN).
Senin, 14 September
Udah libuurrr *yeeeaayy*. Seharian dirumah, membosankan. Sebenernya siy tangan gue udah gatel buat nyoba laptop barunya Didit. Akhirnya gue berfikir keras mencari tempat yang free-wifi. TAPI GAK MAU KE MELLY'S.
Si Dee ngajakin ke Beyond. Setengah hati siy mau kesana.. mengingat lagi puasa, dan gosip=gosip nya harga disana lumayan mahal.
Lalu keingetan lagi deh sama ceritanya Adiet, kalo dia sering nongkrong di DEGEE, jalan Barito II no. 23. Akhirnya nekaaaat, ke DEGEE sendirian, naik taksi jam stengah 5 sore.. *bukannya nekat pergi sendirian siy, tapi nekat bayar taksi di musim macet gini*. Sesuai direction dari Adiet, nyampe lah gue di DEGEE. huuuuiiii... seru. *nngg... gak seseru yang dikira siy...*, tapi tempatnya lumayan enak, sayangnya gak terlalu besar. Free Wifi, musiknya asik, makanan dan minumannya lumayan murah *fish and chips seharga 18rb nya enaaaak*, daaaaaaaaaannn... orang-orang yang kerja ditempat ini asik-asik, tapi tetep sopan.
Alhasil, 2 hari berturut-turut deh gue ke tempat ini *niy blog ini gue tulis di DEGEE*... :D
Ooooh, tambahan lagi, secara gue udh daftar jadi member disini, jadinya utk f&b nya diskon 15% dan tanpa tax.
Recommended banget deh, kalo buat yang bengong-bengong untuk kesini.
Sabtu, Juni 13, 2009
10 Things About Hubby
2. Udah gitu ya, suka gak terima *ngomel2* kalo diklaksonin sama mobil dibelakangnya.
3. The best Chef!!! Bikin makanan apaaa aja, pasti sesuai dengan selera saya.
4. Sering bangun lebih awal dari saya. *apalagi "dede"nya.. Suka begadang! Hahahhaa..*
5.Pemakan segala! Sampe2 saya gak tau tuh, makanan apa yang gak dia suka. :D
6. Dia yang membuat saya jadi; suka sushi, suka nonton, suka teh tawar, suka anak kecil, dan lebih mencintai keluarga. :D
7.Saya sukaaaa banget kalo ngeliat dia lagi shaving. Apalagi kalo ada luka di daerah pipinya. *seksiiiii*
8. Dia sangat mencintai keluarganya, dan keluarga saya. *gak tau apa jadinya saya kalo gak ada dia*
9. Pekerja keras.
10. Sudah diuji kesetiaannya kepada saya, dengan selalu mendampingi saya dikala saya sehat maupun sakit, dan saat saya bahagia ataupun terpuruk.
Jumat, Juni 12, 2009
di Sency, 12 Juni 2009
Hihihi.. Emang siy, saya sampe Sency jg jam 7.10. Tapi setelah saya tanya temen2 lain udh pada dimana,ternyata ada yg masih di pejaten, ada yg masih di TB Simatupang, ada yang masih di casablanca menuju ke tebet trus baru ke Sency. PADA MAU NYAMPE JAM BERAAAAPAAA???
Pelesiran saya dimulai di LG, trus rencananya mau nunggu mereka di Urban Kitchen. Daripada harus naik eskalator ke lantai 5, mendingan naik lift.
Fufufu.. Liftnya penuh mulu. Akhirnya saya masuk lift yg menuju basement aja dulu. Gpp lah, biar kedapetan tempat di lift.
Sampe di Urban Kitchen, pelayan yg stand by di pintu masuk nanya, "udh ada temennya belum didalam? Kalau belum, maaf mbak, gak ada meja yang available.. Semua reserved!!" Waaaakkkzz!!!
Arrrgh! Pasti banyak yang ngadain reunian di Urban Kitchen deh.. Secara ya, Urban Kitchen menurut saya emang tempat yang paling praktis kalo buat reunian. Gak ribet utk masalah bayar2an. Hihihi..
Akhirnya, keabisan akal mau kemana, saya masuk aja ke bookstore. Daripada saya nongkrong2 sendirian di starbucks atau tempat ngupi yang lain. Hehe, saya harus memperketat ikat pinggang semenjak saya resign dari kantor sebelumnya, ke CNS, sekolah pramugari punya mertua. Gimana nggak?? Lokasi lebih jauh, dan honor yg saya terima lebih sedikit. Tp gpp.. I love that job!!! *gimana nggak demen, brangkat dari rumah jam 9, jam 4 sore udh pulang.. kalo males dateng, tinggal bilang aja gak bisa dateng, tanpa nyari2 alesan alias boong.Hihihih...*
Yaudah, saya mulai berkeliaran di bookstore. Baca2 tiap buku yang terlihat menarik.
Hmmm.. Ternyata seru juga. Tapi kaki saya cuma bisa bertahan 30menit aja buat bediri. Pegelll maaakkk!!!
Keluarlah saya dari bookstore, ke lantai bawah.
Hiyah!! Udah di LG lagi. Bingung2, muter2, celingak-celinguk.. Nyari tempat damai sejahtera utk nyelonjorin kaki.
Terdamparlah saya di de'excelso. Jyaaaaahhhh!!! Buang duit lageeee. 33rb, buat Iced Cafe Latte.
Tiktoktiktok, udah jam 8.30.
Pfffiuh.. Akhirnya ada yg udah dateng juga, jaaaaam 8.40.
Capcuuuus, mari kita cuap2 di XKTV!!! *untung cuap2 kali ini gak harus ngeluarin duit..*